Jumat, 18 November 2016

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI "LED"

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang 
Didalam tubuh manusia, 1/3-nya merupakan cairan. Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit, leukosit dan eritrosit. Fungsi utama eritrosit atau sel darah merah yang mengandung hemoglobin merupakan komponen hematologi utama darit ransport oksigen.. Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium. Specimen darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah kapiler.
B.  Rumusan masalah
Bagaimana cara pemeriksaan Laju Endap Darah dengan metode westergreen ?
C.  Tujuan
Mengetahui jumlah laju endap darah serta mengukur kecepatan sedimentasi sel eritrosit di dalam plasma ?
D.  Manfaat
mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan Laju Endap Darah dengan metode westergreen.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Definisi Darah
       Darah adalah suatu jaringan ikat khusus dengan materi ektrasel cair yang disebut plasma. Sekitar lima liter didorong oleh kontraksi ritmis jantung pada gerakan rata-rata orang dewasa dalam satu arah di dalam system sirkulasi tertutup. Unsur berbentuk yang beredar dalam plasma adalah erittrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (Mescher, 2010).
Terdapat dua kelas sel yang tersebar di seluruh plasma darah, yaitu sel darah merah yang mengangkut oksigen, dan sel darah putih yang berfungsi dalam pertahanan tubuh. Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel itu mengandung sekitar 250 juta molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi. Baru-baru ini para penelitian telah menemukan bahwa hemoglobin juga berikatan dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2
B.  Laju Endap Darah ( LED )
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah (LED) yang tinggi.
Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah (LED) tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah (LED) normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter. Bila memang Fe-nya yang turun tentunya harus cukup mengkonsumsi tablet besi (Sulfusferrosus). Sekarang bentuknya tablet berbagai ragam. Ada yang disatukan dengan Effervescent, atau dengan Vitamin B, dan sebagainya. Sedangkan bila kadar proteinnya yang turun, tentunya harus konsumsi makanan atau minuman tinggi protein. Ini pun bentuknya sudah beragam, ada yang berbentuk susu, berbentuk minuman bertenaga dan yang paling banyak mungkin berbentuk makanan lauk-pauk sehari-hari.
1.      Standar Laju Endap Darah ( LED )
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux – sel darah merah berkumpul membentuk kolom, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Di laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Westergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 — 20 mm/jam dan untuk pria 0 — 10 mm/jam, sedang pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 — 15 mm/jam dan untuk pria 0 — 10 mm/jam.
2.    Faktor Yang Mempengaruhi Laju Endap Darah ( LED )
a.    Faktor  eritrosit
1)      Jumlah  eritrosit  untuk  darah yang kurang dari normal
2)      Ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang   mudah beraglutinasi akan menyebabkan laju endap darah cepat.
b.    Faktor Plasma
LED mencerminkan protein plasma yang akan meningkat ketika seseorang mengalami infeksi akut atau kronis.
c.    Faktor Teknik
Tabung tidak boleh miring, apabila terjadi kemiringan akan terjadi kesalahan 30% dan tidak boleh banyak getaran.
d.   Faktor suhu
Suhu terbaik adalah 20Oc.
e.    Faktor fiskositas
Variasi Laju Endap Darah Pada orang yang lebih tua nilai Laju Endap Darah juga lebih tinggi.
Dewasa (Metode Westergren):
1)      Pria <  50 tahun      =  kurang dari 15 mm/jam
2)       Pria >  50 tahun      =  kurang dari 20 mm/jam
3)      Wanita < 50 tahun  =  kurang dari 20 mm/jam
4)      Wanita > 50 tahun  =  kurang dari  30 mm/jam

Anak-anak (Metode Westergren):
1)      Baru lahir                                 = 0 – 2 mm/jam
2)      Baru lahir sampai masa puber  = 3 – 13 mm/jam
       Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam. LED ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65 mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan. Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet for Standardization in Hematology ) adalah cara westergren ( Fahmawaty simping, 2015 ).
3.    Metode Westergreen
      Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
      Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0. Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit (
Gestri rolahnoviza, 2015 ).

                   





BAB III
METODE KERJA
A. Pra Analitik                                           
1.    Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Dispo 10 ml, rubber buft, rak tabung reaksi, tabung reaksi,rak tabung Westergreen, tabung Westergreen.
2.    Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunaan dalam praktikum ini yaitu NaCL fisiologis 0,9 %, darah.
B. Analitik
1. Prosedur Kerja
a.       Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b.      Isi pipet Westergreen dengan darah yang telah di encerkan sampai garis tanda nol.
c.       Letakan pipet pada rak Westergreen dan pastikan supaya posisinya botol tegak lurus pada suhu 18-25 oc.
d.      Setelah tepat 1 jam, baca hasil dalam Mm/Jam
C. Pasca Analitik
            Hasil : 
                        Nilai Rujukan : Laki-Laki       = 0 – 10 mm/jam
                                                 Perempuan     = 0 – 20 mm/jam
       Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di dapat hasil 1 mm/jam, hal ini menyatakan bahwa hasil yang di dapat normal.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil
No
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Laju Endap Darah
Keterangan
1.
Tn. I. L
Laki-Laki
20 Tahun
1 mm/Jam
Normal
        Tabel IV.1 Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah ( LED )
B.  Pembahasan
Laju endap darah (LED) atau laju sedimentasi eritrosit (erithrosyte sedimentation rate/ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit (dalam darah yang telah diberi antikoagulan) jatuh ke dasar sebuah tabung vertical dalam waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mm/jam. LED memiliki tiga pengggunaan utama yaitu alat bantu untuk mendeteksi proses peradangan, pemantau aktivitas atau perjalanan penyakit, dan pemeriksaan penapis / penyaring (screening) untuk peradangan dan neoplasma yang tersembunyi. Pada praktikum pemeriksaan LED kali ini dilakukan dengan metode westergreen.Pada metode westergreen ini digunakan perbandingan volume darah yang telah dicampur antikoagulan EDTA dengan volume NaCl, yaitu 4 banding 1 . Pencampuran darah dengan EDTA bertujuan menghindari lisisnya darah karena EDTA mencegah pembekuan darah namun tidak memberikan pengaruh besar terhadap bentuk dan jumlah eritrosit,leukosit serta mencegah menggumpalnya trombosit dalam darah.NaCl tersebut digunakan untuk pengenceran tanpa mempengaruhi komposisi darah. Kemudian campuran darah dan NaCl ini di pipet ke dalam pipet westergreen dengan volume 200 ml dan di posisikan tegak lurus di rak westergreen selama 60 menit.Pada saat inilah terjadi proses sedimentasi eritrosit yang terbagi menjadi 3 tahap yaitu :
1.      Tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation) dimana kecepatan sedimentasi masih lambat. Berlangsung selama ± 10 menit.
2.      Tahap ke-2 kecepatan sedimentasi tinggi karena telah terbentuk rouleaux. Berlangsung selama ± 40 menit.
3.      Tahap ke-3 kecepatan sedimentasi berkurang dan mulai terjadi pemantapan sedimentasi eritrosit. Berlangsung selama ± 10 menit.
Setelah 1 jam, barulah dibaca skala pipet westergreen tersebut dengan melihat tinggi plasma yang terpisah dengan sel darah. Batas pembacaannya yaitu mulai dari skala nol (atas) tingginya plasma hingga batas pertemuan sel darah yang mengendap. ( Riswanto,2013 )








BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
      Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Laju endap darah (LED) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit (dalam darah yang telah diberi antikoagulan) jatuh ke dasar sebuah tabung vertical dalam waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mm/jam. Metode yang di gunakan dalam pemeriksaan laju endap darah ini adalah metode westergreen, karena metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil 1 Mm/Jam hal ini menyatakan bahwa hasil yang di dapatkan normal .
B. Saran

      Saran dalam praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan sebaiknya pada saat praktikum, praktikan harus lebih teliti dalam membaca angka penetapan laju endap darah ( LED ).

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI "LARVA NYAMUK"

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan masih saja menghantui manusia. Masalah ini terjadi dikarenakan masih banyak orang yang tidak sadar dengan lingkungan-lingkungan yang ada disekitarnya. Kesehatan lingkungan menggambarkan kesehatan dari orang-orang yang ada disekitarnya.
Salah satu masalah kesehatan lingkungan yaitu tentang genangan air yang dibiarkan begitu saja sehingga menjadi tempat yang baik bagi organisme seperti nyamuk dapat berkembang biak hingga metamorfosis sempurna.
Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk sangat sering terjadi, diantaranya malaria dan demam berdarah. Penyakit ini tidak bisa disepelekan, karena sedikit saja kesalahan dapat menimbulkan kematian terhadap orang yang mengidapnya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana morfologi nyamuk stadium larva ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui morfologi nyamuk stadium larva





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Nyamuk
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.
Kebiasaan nyamuk makan cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa yang menusuk manusia dan hewan lainnya. Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar tanaman..Beberapa nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang.Nyamuk betina mengigit manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing, dan sebagainya; semua jenis burung termasuk ayam; semua jenis binatang liar, termasuk rusa, kelinci, dan mereka juga mengigit darah ular, kadal, katak, dll. Kebanyakan nyamuk betina harus mendapatkan darah yang cukup untuk makan sebelum ia dapat mengembangkan telur. Jika mereka tidak mendapatkan makanan darah ini, maka mereka akan mati tanpa meletakkan telur.
B. Morfologi Nyamuk
Ukuran nyamuk ini kecil sekali dan halus 4-13 mm.Pada kepala terdapat probosis halus dan panjang yang melebihi  panjang kepala. Pada nyamuk betina probosis dipakai pada alat tusuk dan pengisap darah, sedang pada yang jantang dipakai pada pengisap cairan tumbuh-tumbuhan,buah-buahan dan keringat.Dikiri dan kanan probosis terdapat palpus yang terdiri dari 5 ruas dan sepasang antena yang terdiri dari 15 segmen.Antena pada nyamuk jantang  berambut lebat  disebut plumose dan pada betina rambutnya jarang disebut pilose.
Bagian thoraks yang kelihatan yaitu mesonotum sebagian besar  ditutup dengan bulu halus. Bulu ini mungkin berwarna putih atau kuning dan membentuk gambaran yang khas untuk masing-masing feses.
Bagian posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang berbentuk pada:
1. Anophelini, melengkung (rounded)
2. Culicini, mempunyai 3 lengkungan (trilobus)
Nyamuk mempunyai sayap yang panjang dan langsing mempunyai vena yang permukaannya  ditutupi dengan sisik sayap(wing scales) yang terletak mengikuti vena.Pada pinggir sayap terdapat deretan rambut yang disebut fringe. Abdomen berbentuk silinder yang terdiri dari 10 segmen. Dua segmen terakhir berubah menjadi alat kelamin.
C. Siklus Hidup Nyamuk
Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. Telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan menjadi larva nyamuk.
Larva nyamuk memiliki kepala yang berkembang dengan baik. Larva bernapas melaluispirakel yang terletak pada segmen perut kedelapan, atau melalui siphon, dan karena itu harus sering muncul ke permukaan.. Larva menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk makanganggang , bakteri , dan mikro-organisme lain. Mereka menyelam di bawah permukaan hanya bila terganggu. Larva berenang dengan gerakan tersentak-sentak dari seluruh tubuh. Larva berkembang melalui empat tahap, atau instar , setelah itu mereka bermetamorfosis menjadikepompong. Pada akhir setiap instar, yang berganti bulu larva, exoskeleton shedding mereka, atau kulit, untuk memungkinkan pertumbuhan lebih lanjut.
Setelah berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan "fase pupa". Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernafasan.
Kepala dan dada digabung menjadi cephalothorax dengan perut melengkung di bawahnya.. Seperti halnya larva, pupa harus datang ke permukaan sering untuk bernapas, yang mereka lakukan melalui sepasang terompet pernafasan pada cephalothorax tersebut. Selama tahap ini pupa tidak makan. Setelah beberapa hari, pupa naik ke permukaan air, nyamuk dewasa muncul. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air.
Nyamuk memiliki mulut yang disesuaikan untuk menembus kulit tumbuhan dan hewan. Sementara laki-laki biasanya nektar dan jus tanaman, wanita perlu mendapatkan gizi dari menghisap darah  sebelum dia dapat menghasilkan telur. Durasi dari telur menjadi dewasa bervariasi antara spesies dan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan.. Nyamuk dapat berkembang dari telur menjadi dewasa dalam sebagai hanyalima hari, tetapi biasanya 10-14 hari dalam kondisi tropis. Variasi ukuran tubuh nyamuk dewasa tergantung pada kerapatan populasi larva dan suplai makanan di dalam air. Panjang dewasa bervariasi tetapi jarang lebih besar dari 16 mm (0,6 in) , dan berat sampai dengan 2,5 mg. Semua nyamuk memiliki tubuh langsing dengan tiga bagian: kepala , dada dan perut. Nyamuk betina juga akan memakan sumber gula untuk energi tetapi biasanya memerlukan darah untuk pengembangan telur. Setelah menghisap darah, nyamuk betina akan beristirahat selama beberapa hari untuk pematangan telur. Proses ini tergantung pada suhu, namun biasanya berlangsung 2-3 hari dalam kondisi tropis.. Kepala memiliki mata, banyak-tersegmentasi antena . antena ini untuk mendeteksi bau host. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya memiliki probosis panjang untuk menembus kulit untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain (Gandahusada, 1998)
D. Jenis Nyamuk
1. Morfologi Nyamuk Culex
a. Telur Nyamuk Culex
Telur berwarna coklat, panjang dan silinder, vertical pada permukaan air, tersementasi pada susunan 300 telur. Panjangnya biasanya 3-4mm dan lebarnya 2-3mm. telur-telur Culex sp diletakkan secara berderet-deret rapi seprti kait tanpa pelampung yang berbentuk menyerupai peluru senapan
b. Larva Nyamuk Culex
Pada larva nyamuk culex sp mempunyai siphon yang mengandung bulu-bulu siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau comb dengan gigi-gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan pelana tertutup dan tampak tergantung pada permukaan air.
Nyamuk Culex mempunyai 4 tingkatan atau instar sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu :
1.   Larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah menetas. Duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas.
2.   Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur menetas. Duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
3.   Larva instar III, berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur menetas. Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman.
4.   Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 – 6 mm atau 4 – 6 hari setelah telur menetas, dengan warna kepala.
c. Pupa Nyamuk Culex
Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Pupa membutuhkan waktu 2-5 hari. Pupa tidak makan apapun. Sebagian kecil tubuh pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan ramping, setelah 1 – 2 hari akan menjadi nyamuk Culex.
d. Nyamuk Culex Dewasa
Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang putih, kepala  berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva. Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, sedagkan pada nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang. Pada sayap mempunyai bulu yang simetris dan tanpa costa. Sisik sayap membentuk kelompok sisik berwarna putih dan kuning atau putih dan coklat juga putih dan hitam. Ujung abdomen nyamuk culex selalu menumpul.
Culex adalah genus nyamuk yang berperan sebagai vector pada beberapa penyakit. Nyamuk ni termasuk ordo dipteral, family culicidae dan sub family culicinae. Nyamuk Culex sp terdapat pada daerah tropis dan sub tropis di seluruh dunia dalam garis lintang 35oLU dan 35oLS, dengan ketinggian wilayah kurang dari 1000m diatas permukaan laut.
2. Morfologi  Nyamuk Anopheles sp
a.       Panjang telur kurang-lebih 1mm dan memiliki pelampung di kedua sisinya.
b.      Dalam keadaan diam (istirahat), jentik nyamuk Anopheles sejajar dengan permukaan air dan ciri khasnya yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral abdomen.
c.       Larva beristirahat secara paralel dengan permukaan air.
d.      Pupa, Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang berbentuk lebar dan pendek yang digunakan untuk pengambilan oksigen dari udara.
e.       Dewasa, bercak pucat dan gelap pada sayapnya dan beristirahat di kemiringan 45 derajat suatu permukaan.
f.       Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak- bercak putih.
     Nyamuk Anopheles bisa menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini suka menusuk dalam posisi menungging alias posisi badan, mulut, dan jarum yang dibenamkan ke kulit manusia dalam keadaan segaris. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya. Pada saat ini nyamuk vektor malaria di Indonesia yang ditemukan sebanyak20 spesies dari genus Anopheles. Empat di antaranya adalah Anopheles Aconitus, Anopheles Sundaicus, Anapheles Maculatus dan Anopheles Barbirostris.
3.  Morfologi nyamuk Aedes aegypti
a.       Telur Aedes aegypti berukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang dan berbentuk oval.
b.       JentikNyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu- bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris.
c.        Kepompong (Pupa) pernafasan, Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala- dada (chepalothorax) lebih besar apabila dibandingkan dengan besar perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”.
d.       Nyamuk Dewasa, nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena tipe pilose.
      Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota.
















BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.      Pra Analitik
1.    Alat
        Berdasarkan praktikum yang dilakukan pada identifikasi morfologi (larva) nyamuk alat-alat uyang digunakan antara lain: Objek gelas, cover gelas,  dan spatula
2.    Bahan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan pada identifikasi morfologi (larva) nyamuk alat-alat uyang digunakan antara lain: Jentik nyamuk dan KOH
B.       Analitik
     Hal yang pertama dilakukan pada pemeriksaan identifikasi morfologi (larva) nyamuk yaitu:
1.      Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Mengambil satu jentik nyamuk dan diletakkan diatas objek gelas
3.      Teteskan dengan larutan KOH
4.      Kemudian tutup objek gelas dengan menggunakan cover gelas
5.      Periksa dibawah mikroskop
6.      Gambar hasil yang telah didapatkan
C.      Pasca Analitik
Hasil : Hasil yang di dapatkan yaitu larva nyamuk Culex



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
Gambar larva
Keterangan

Larva Nyamuk Culex






     Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Morfologi Larva Nyamuk
B. Pembahasan
Pada praktikum ini yang kelompok kami temukan adalah larva dan pupa nyamuk culex.
Larva Culex sp. mempunya ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Adanya corong udara pada segmen yang terakhir.
2.      Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs).
3.      Pada corong udara terdapat pectin.
4.      Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon).
5.      Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai 3
6.      Bentuk individu dari comb scale seperti duri.
7.      Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan
adanya sepasang rambut di kepala.




















BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada stadium jentik nyamuk Culex mempunyai siphon yang mengandung bulu- bulu siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau comb dengan gigi- gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan pelana tertutup dan tampak tergantung pada permukaan air.
Stadium pupa Culex mempunyai tabung pernafasan yang bentuknya kelihatan sempit dan panjang, digunakan untuk pengambilan oksigen
B. Saran

Diharapkan untuk praktikum selanjutnya dapat mengidentifikasi jenis larva nyamuk spesies lain untuk menambah wawasan dalam membedakan morfologi nyamuk pada setiap spesies yang ada.